Saus béchamel pertama kali dibuat pada 1680 oleh Pierre de la Varenne yang saat itu merupakan juru masak pribadi dari Louis XIV.[3] Ia kemudian menulis resep dari saus ini dalam bukunya yang berjudul Le Cuisinier Francois (Kuliner Perancis).[3] La Varenne menamakan saus yang diciptakannya sesuai dengan nama temannya yaitu Marquis Louis de Béchamel
(source: https://id.wikipedia.org/wiki/Saus_B%C3%A9chamel
2. Spageti
Catatan tertulis pertama mengenai pasta berasal dari Talmud
pada abad ke 5 Masehi dan mengacu pada pasta kering yang bisa dimasak melalui
perebusan, yang mudah dibawa. Beberapa sejarawan berpikir bahwa Bangsa
Berber mengenalkan pasta ke Eropa selama penaklukan Sisilia. Di Barat, ini
mungkin pertama kali dibuat dalam bentuk yang panjang dan tipis di Sisilia
sekitar abad ke-12, seperti yang dilaporkan oleh Tabula Rogeriana dari Muhammad
al-Idrisi, melaporkan beberapa tradisi tentang kerajaan Sisilia.
Popularitas spageti menyebar ke seluruh Italia setelah
pendirian pabrik spageti pertama pada abad ke-19, memungkinkan produksi massal
spageti untuk pasar Italia
Di Amerika Serikat sekitar akhir abad ke-19, spageti
ditawarkan di restoran seperti Spaghetti Italienne (yang kemungkinan terdiri
dari mie yang dimasak hingga al dente, dan saus tomat ringan yang dibumbui
dengan bumbu dan sayuran yang mudah ditemukan seperti cengkeh, daun salam, dan
bawang putih) dan baru beberapa dasawarsa kemudian disiapkan dengan oregano
atau basil,
(source: https://id.wikipedia.org/wiki/Spageti#Sejarah)
Berdasarkan penemuan sejarah dari catatan yang tertulis pada
Talmud, diketahui bahwa ternyata pasta datang dari daerah Timur Tengah,
B’timers. Sekitar 3 hingga 5 abad Sebelum Masehi, di Palestina olahan pertama
dari pasta adalah dengan cara direbus.
Nah, setelah terjadi penaklukan oleh bangsa Arab, pasta pun
mulai disebarkan bersama bayam, terong, dan tebu melalui terusan Mediterania.
Dan pada abad ke-12, Italia mempelajari metode pengeringan pasta untuk
mengawetkannya jika dibawa bepergian.
(source: http://breaktime.co.id/culinary/food/sejarah-dan-manfaat-kesehatan-ldquomacaroni-cheeserdquo.html/more)
Sate di perkirakan muncul dari pedagang jalanan yang berada
di sekitar jawa pada abad ke-19, faktanya sate mulai populer pada abad itu
bersamaan dengan pedagang arab, gujarat india dan pedagang muslim lainnya yang
datang ke pulau jawa.
Awalnya, masyarakat Indonesia memasak daging dengan cara
direbus. Tapi setelah mengenal kebab yang merupakan masakan khas timur tengah,
masyarakat Indonesia pun suka makan daging sapi atau kambing dengan cara
dibakar. Hal inilah menjadi awl mila sate sebagai makanan fovorite masyarakat
Indonesia kala itu. Kata sate pun diperkirakan berasal dari bahasa Tamil, yaitu
catai yang artinya daging.
(source: https://www.vemale.com/icip-icip/110451-asal-mula-sate-makanan-terlezat-di-dunia.html)
Pada awal abad ke 17 saat akhir Dinasti Ming, disebuah desa
kecil bernama Fuzhou hiduplah seorang pria bernama Meng Bo. Dia adalah orang
yang amat berbakti pada kedua orang tuanya. Meng Bo tinggal berdua hanya dengan
Sang Ibu. Kondisi ibunya yang sudah mulai tua menyebabkan tidak dapat makan
makanan yang keras lagi, termasuk daging. Karena giginya sudah mulai rapuh dang
tanggal.
Meng Bo yang mengetahui jika ibunya gemar makan daging
menjadi sedih melihat kondisi seperti ini. Dia pun bingung memikirkan berbagai
cara bagaimana dapat mengolah daging agar bisa dimakan oleh ibunya. Suatu
ketika Meng Bo melihat tetangganya menumbuk beras ketan untuk dijadikan kue mochi.
Dari sinilah muncul sebuah ide. Meng Bo mengambil daging yang ada di dapur dan
menumbuk daging tersebut dengan cara sama seperti yang dilakukan tetangganya
dalam membuat mochi. Setelah daging empuk, Meng Bo membentuknya menjadi
bulatan-bulatan kecil sehingga ibunya dapat memakannya dengan mudah. Setelah
bulatan kecil terbentuk, kemudian ia merebus adonan itu hingga tercium aroma
daging yang lezat.
Meng Bo menyajikan bakso itu kepada ibunya. Sang ibu merasa
gembira karena tidak hanya mudah dimakan, tapi rasanya juga begitu lezat. Meng
Bo sangat senang melihat ibunya dapat makan daging lagi. Kisah Meng Bo yang
begitu berbakti pada ibunya serta resep baksonya cepat menyebar ke seluruh kota
Fuzhou. Konon dari sinilah akhirnya penduduk berdatangan untuk belajar membuat
bakso lezat pada Meng Bo.
(source: https://www.hipwee.com/narasi/sebenarnya-siapa-sih-penemu-bakso-hingga-akhirnya-sekarang-menjadi-makanan-favorit-sejuta-umat/)
Menurut Dennys Lombard (Nusa Jawa: Silang Budaya), jelas
ditulis dibuku tersebut asal mula Soto adalah makanan Cina bernama Caudo,
pertama kali populer di wilayah Semarang. Dari Caudo lambat laun menjadi Soto,
klop bukan? Orang Makassar menyebutnya Coto, dan orang Pekalongan menyebutnya
Tauto.
Makanan yang asalnya juga khas Cina ini telah menjadi bagian
dari makanan masyarakat Indonesia. Dengan menyesuaikan olahan bumbu agar pas
dengan lidah orang Indonesia, lahirlah kemudian Soto Semarang, Soto Kudus, Soto
Madura, Soto Bangkong, dan sebagainya.
Antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Dr Lono Simatupang,
menurut dia, soto merupakan campuran dari berbagai macam tradisi. Di dalamnya
ada pengaruh lokal dan budaya lain. Mi atau soun pada soto, misalnya, berasal
dari tradisi China. China-lah yang memiliki teknologi membuat mi dan soun,
ujarnya.
Soto juga kemungkinan mendapat pengaruh dari budaya India.
Ada beberapa soto yang menggunakan kunyit. Ini seperti kari dari India,
ujarnya. Karena soto merupakan campuran dari berbagai tradisi
(Source: http://agustiniuse.blogspot.co.id/2011/11/soto-ayam.html)
7. Bakpao
Sejarah Bakpao sendiri berasal dari salah satu bagian kecil
dari roman terbaik sepanjang masa, Sānguó Yǎnyì. Zhuge Liang (181 – 234) adalah
salah satu ahli strategis terbaik China, juga sebagai perdana menteri,
insinyur, ilmuwan, dan penemu legendaris bakpao.
Cerita ini berawal pada zaman tiga negara (sam kok) ketika
terjadi pemberontakan besar-besaran di daerah selatan Tiongkok, perdana menteri
Tiongkok saat itu, Zhuge Liang meminta izin kepada kaisarnya, Liu Chan untuk
menumpas pemberontakan di selatan itu, terkenal dengan sebutan ‘The Southern
Campaign’ – Suku selatan itu disebut juga ‘Nanman’ atau ‘orang barbar dari
selatan’. Raja di daerah selatan yang memberontak itu bernama Meng Huo.
Tak lama setelah Liang sampai di daerah selatan itu, Liang
sudah mengalahkan Meng Huo 7 kali dan membebaskan 7 kali juga, dimana pada saat
pembebasan ketujuhnya Meng Huo akhirnya menyerah dan berjanji tidak akan
memberontak lagi kepada Shu Guo (saat itu belum ada sebutan Zhong Guo karena
Tiongkok masih terpecah menjadi tiga negara: Shu, Wu, Wei).
Setiap kali membebaskan Meng Huo, Zhuge Liang selalu
ditentang oleh jenderal-jenderalnya: “ Kenapa dia dibebaskan ? Bagaimana jika
dia memberontak lagi? ”, Liang dengan tenang menjawab: “ Aku dengan mudah dapat
menangkapnya kembali semudah mengeluarkan tanganku dari saku. Kini aku sedang
mengalahkan hatinya ”
Zhuge Liang tahu jika Meng Huo ditangkap dan dibunuh, akan
ada pengganti Meng Huo lainnya dan memberontak ke Shu, karena itu dia pikir
lebih baik membuat pemimpin daerah selatan yang berpengaruh ini berpihak
kepadanya dan Meng Huo bisa memimpin daerah selatan untuk setia kepada Shu.
Pada peperangan yang terakhir, yang ketujuh kalinya, Zhuge
Liang membuat Meng Huo masuk ke lembah yang dikelilingi pegunungan. Dilembah
itu Liang menaruh kereta pengangkut makanan. Ketika melihat kereta itu, Meng
Huo langsung tertarik dan memimpin pasukannya masuk ke lembah itu.
Setelah pasukan Meng Huo mendekati kereta pengangkut makanan
itu, ternyata kereta itu tidak berisi makanan melainkan bubuk mesiu! Langsung
saja pasukan Shu yang sudah menunggu di kaki gunung memanah kereta-kereta yang
penuh bubuk mesiu itu dengan panah api. Terjadi ledakan besar-besaran di lembah
itu, dan dalam sekejap lembah itu menjadi lautan api yang menewaskan hampir
semua pasukan Meng Huo.
Kemenangan ini tidak membuat Liang senang, ia hanya agak
menyesali: “Jasaku sangat besar kepada negara, namun dosaku juga sangat besar
kepada Langit(Tian/Tuhan); semoga Langit berkenan mengampuniku karena aku hanya
menjalankan kewajiban menjaga keamanan negara.” Setelah kejadian ini, Meng Huo
kembali ditangkap pasukan Liang.
Ketika Liang menemui Meng Huo, ia langsung melepaskan ikatan
tali Meng Huo dan berkata: “ Silahkan anda pergi lagi dan mempersiapkan pasukan
baru anda untuk bertarung kembali ”. Mendengar itu Meng Huo terharu dan
berkata: “ Tujuh kali tertangkap, tujuh kali juga dibebaskan! Kejadian seperti
ini seharusnya tidak pernah dan tidak akan terjadi!! Meskipun aku tidak punya
adat istiadat, aku masih punya upacara keagamaan yang masih menjunjung etika.
Tidak, aku tidak sehina itu! ” Setelah kejadian ini, suku selatan tidak pernah
memberontak lagi kepada Shu.
Ketika dalam perjalanan akan kembali ke Cheng Du (ibu kota
Shu), Zhuge Liang harus melewati sungai besar. Di sungai itu Liang tertahan
karena selalu saja ada gelombang besar dan badai ketika pasukan Shu akan
menyeberang. Zhuge Liang kemudian meminta pendapat Meng Huo yang ikut mengantar
Liang dan Meng Huo berkata: “Sejak zaman nenek moyang kami, orang yang ingin
melewati sungai itu harus melemparkan 50 kepala manusia untuk persembahan
kepada roh sungai ”
Karena Liang tidak mau membuat pertumpahan darah lagi, ia
membuat kue yang menyerupai kepala manusia: bulat namun rata didasarnya, dan
kue ini disebut bakpao (baozi).
sia.
(Source : http://www.beritaunik.net/tahukah-kamu/asal-mula-bakpao.html)
8. Muffin
Muffin berasal dari kata ‘moufflet’ yang merupakan bahasa
Perancis kuno. Moufflet berarti lembut, sesuai dengan dengan tekstur muffin
yang lebih lunak dari pada roti pada umumnya. Kata ‘muffin’ diperkenalkan pada
awal abad ke-18. Sedangkan resepnya mulai dikenal luas pada pertengahan abad
tersebut. Sebenarnya, ada kebingungan membedakan antara muffin dan crumpets
(kue tanpa pemanis). Muffin digunakan untuk mengacu pada produk turunan roti
sedangkan crumpets mengarah pada pancake. Di Inggris nama muffin belum
diketahui asal usulnya namun ada kemungkinan berasal dari kata ‘low german muffe’
yang berarti kue. Kata tersebut dipublikasikan di Inggris pada tahun 1703.
Pada abad ke-19, muffin mulai populer dan menjadi hidangan
saat minum teh. Di Inggris, tradisi ini sering disebut sebagai afternoon tea.
Muffin disajikan sebagai kudapan utama pendamping teh hangat. Itu sebabnya kue
ini pun dikenal dengan nama ‘tea cakes’. Makanan yang dibuat dengan menggunakan
adonan ragi itu sangat nikmat jika disantap saat musim dingin. Saat era
Victoria, muffin dijajakan oleh penjual kue jalanan. Muffin diletakkan ke dalam
baki makanan yang berada di atas kepala mereka. Para penjual ini juga
membunyikan bel tangan untuk memanggil calon pelanggan.
Saat berlibur ke Inggris Anda bisa merasakan lezatnya muffin
di beberapa toko yang khusus menjual kue jenis ini. Kedai yang bisa Anda
datangi adalah Ben’s Cookies, Brownie Box dan The Muffin Man Tea Shop. Ben’s
Cookies berada di 12 Kensington Arcade, Kensington High Street, London.
Sedangkan Brownie Box terletak di 247 Old Brompton Road, Earls Court, London.
Sementara itu, The Muffin Man Tea Shop ada di 12 Wrights Lane London. Agar Anda
lebih mudah menemukan tempat tersebut dibawah ini peta lokasinya
(Source: http://eropa.panduanwisata.id/inggris/asal-usul-muffin-khas-inggris/)
9.Croissant
Sejarah roti croissant bermula dari tahun 1683 lagi, sewaktu
Kerajaan Turki Uthmaniyah menyerang kota Vienna,ibukota Austria, tentera Turki
Uthmaniyah mendapati tembok meraka amat susah ditewaskan lantas bertindak
menggali terowong bawah tanah untuk menyerang kota itu.
Malangnya, pada satu malam tukang masak yang tinggal di kota
itu terdengar bunyi tentera Turki Uthmaniyah menggali terowong dan melaporkan
kepada ketua tentera meraka. Tentera di vienna telah mengambil langkah
berjaga-jaga dengan lebih awal dan meraka telah menang dan memaksa tentera
Turki Uthmaniyah untuk berundur.
Tukang masak itu kemudiannya membuat satu roti yang
berbentuk Cresent(iaitu berbentuk bulan sabit) yang juga lambang umat Islam dan
disebut sebagai “Croissant” dan mereka memakan roti itu sebagai tanda
mengalahkan tentera Islam.
(source: http://www.nizarazu.com/sejarah-roti-croissant/)
10. Sandwich
Sejak awal penciptaannya, roti telah dimakan dengan makanan
lain. Sejarah mencatat orang bijak Yahudi kuno, Hillel, yang menyuruh untuk
membungkus daging domba di antara 2 potong roti selama perayaan Paskah. Konsep
sandwich diperbarui di abad pertengahan, yaitu lempengan tebal kasar dan
biasanya roti basi, yang disebut “trenchers”, yang digunakan sebagai piring.
Karena sudah basi, trencher tidak dimakan, biasanya diberikan kepada pengemis
atau anjing. Trencher inilah cikal bakal open sandwich.
Nama “sandwich” sendiri baru ditemukan pada abad ke – 18
secara tidak sengaja oleh bangsawan Inggris, John Montagu, seorang Earl of
Sandwich IV. Montagu sangat suka bermain kartu sehingga tidak memiliki waktu
untuk makan. Ia menyuruh pelayannya untuk membawakan daging sapi yang disajikan
di antara 2 potong roti, sehingga ia bisa makan sambil tetap bermain kartu.
Pesanan ini diikuti oleh teman-temannnya, mereka memesan, “Yang sama seperti
Sandwich”.
(source: http://worldofhistories.blogspot.co.id/2011/09/sejarah-sandwich.html)