KUE BURONCONG
Cara membuat kue buroncong ini adalah dengan memanggangnya
dalam cetakan di atas bara api yang berasal dari kayu bakar. Kue buroncong saat
ini agak sedikit sulit untuk ditemukan, tapi ternyata masih banyak orang yang
menggemari kue ini. Menikmati kue buroncong bisa menjadi salah satu alternatif
untuk bernostalgia tentang masa lalu.
Konon kue ini sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu, malah
mungkin ratusan tahun lalu oleh masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya.
Memang belum ada sumber atau data yang tahu betul kapan asal mula pastinya kue
tradisional ini ditemukan.
Kue ini punya beberapa nama lain seperti buroncong,
baroncong atau guroncong. Nama-nama tersebut adalah penyebutan orang Bugis
untuk kue tersebut. Kue buroncong dulunya dijajakan secara berkeliling
menggunakan gerobak dorong atau pikulan. Penjual Kue buroncong akan berkeliling
pada pagi hari dan siang hari untuk mencari pembeli. Tapi sekarang sudah banyak
penjual yang membuka dagangannya di rumah. Jadi, kita tidak perlu lagi untuk
menunggu lama mereka muncul jika kita ingin menikmati Kue buroncong ini.
COTO MAKASSAR
Coto Makassar atau yang kadang disebut dengan nama Coto
Mangkasara merupakan kuliner khas kebanggaan masyarakat Makassar. Tidak
mengherankan jika Garuda Indonesia menjadikannya menu pilihan dalam penerbangan
dari dan ke Makassar.
Sajian soto ini sebenarnya tak berbeda jauh dengan jenis
soto dari daerah lain di nusantara. Tapi memang, Coto Makassar memiliki
kekhasan berupa bumbu rempah dan kacang untuk membuat kuah yang kental.
Ada sekitar 40 macam rempah untuk membuat Coto Makassar.
Orang Makassar menyebutnya ampah patang pulo. Selain aneka macam rempah, sambal
taoco asal Tiongkok pun menjadi bagian tak terpisahkan dari Coto Makassar.
Rempah tersebut terdiri dari kacang, kemiri, cengkeh, pala,
foeli, sere yang ditumbuk halus, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih,
jintan, ketumbar merah, ketumbar putih, jahe, laos, daun jeruk purut, daun
salam, daun kunyit, daun bawang, daun seldri, daun prei, lombok merah, lombok
hijau, gula talla, asam, kayu manis, garam, papaya muda untuk melembutkan
daging, dan kapur untuk membersihkan jeroan.
Kenikmatan coto makassar tak terlepas pula dari tradisi
peramuaanya menggunakan kuali tanah yang disebut dengan korong butta atau uring
butta.
Biasanya coto dimakan bersama ketupat, kacang, ditaburi daun
bawang dan perasan jeruk nipis. Daging yang digunakan Coto Makassar adalah
daging sapi. Ada pula yang menggunakan lidah, otak, limpa, paru, hati, jantung,
babat, yang di iris kecil dan dicampur dengan kuah.
Kekhasan Coto Makassar tidak hanya dari bahan-bahan dan cara
pembuatannya, namun juga aspek sejarahnya.
Coto Makassar sudah ada sejak masa Somba Opu yang merupakan
pusat Kerajaan Gowa ketikaa mengalami kejayaan pada 1538. Saat itu Coto
Makassar menjadi hidangan di Kerajaan Gowa. Demikian ditulis situs halo wisata.
Pada masa itu, para pengawal kerajaan menjadikan masakan ini
sebagai menu makan pagi sebelum menjalankan tugasnya. Masakan yang terpengaruh
oleh kuliner Tiongkok ini diperkirakan masuk Gowa pada abad ke-16.
warung coto pertama yang ada dimakassar adalah warung coto
milik H. Dg. Sangkala. Warung coto yang sekarang tinggal nama tersebut dibangun
pada 1940-an. Saking terkenalnya warung ini, para pejabat penting di negeri ini
sering mengundangnya dalam berbagai acara-acara penting. Ribuan mangkok bisa
dipesan dalam satu kali pemesanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar